Senin, 09 Sep 2024
  • Welcome to the SDIT Tunas Harapan Ilahi's webpage. We hope you enjoy exploring our website.

Ibnu Sina dan Sang Ayah yang Hebat

Seorang ayah kebingungan mencari guru bagi anak lelakinya yang berusia 10 tahun. Guru sebelumnya menyatakan bahwa ia sudah tak memiliki ilmu lain lagi yang bisa diajarkan kepada anak tersebut. “Tugas saya sudah selesai. Semua ilmu saya sudah ia kuasai. Ia sudah hafal semua surah Al-Qur’an, dan memahami kandungan serta hukum-hukumnya”, ujar sang guru yang merupakan ulama terkenal dan mengajari anak itu selama 5 tahun.

Setelah mencari informasi, sang ayah dan anaknya mendatangi seorang guru matematika yang saat itu sedang berjualan di tokonya. Namun guru tersebut mengatakan bahwa selama ini muridnya hanya orang dewasa. Saat sedang berdialog, salah seorang anak guru tersebut datang. “Ayah, ibu meminta bara api. Perapian di rumah mati”. Pemilik toko yang juga ulama terkemuka di Bukhara itu sejenak bingung karena anaknya tidak membawa tempat untuk mengambil bara api.

Tiba-tiba, anak tamu yang berusia 10 tahun itu berkata, “Mungkin bisa dengan cara lain”. Ia menyuruh anak yang akan membawa bara itu membentangkan telapak tangannya. Lalu ia meletakan segenggam pasir. “ Sekarang letakan satu bara api kecil di atas pasir itu”, ujar si anak pada sang tuan rumah yang saat itu merasa takjub dengan kecerdasannya.

“Luar biasa, putra anda cerdas!” ujar sang guru. “Ya, benar. Terkadang dia memunculkan pikiran dan ide yang cemerlang”, Kata sang ayah meyakinkan. Sang guru pun akhirnya menerima anak itu menjadi muridnya. 

Namun, kurang dari satu tahun, guru tersebut menyerah. Ia menyatakan seluruh ilmu matematika yang dimilikinya sudah diberikan. Kembali sang ayah bingung mencari guru bagi anaknya. Satu demi satu guru-guru di Bukhara ditemuinya. Namun selalu berujung sama.

Suatu hari, sang ayah mendengar ada seorang ilmuwan yang pindah ke kotanya. Ia segera menemuinya lalu menyewakan sebuah rumah tak jauh dari tempat tinggalnya. Namun dalam waktu beberapa hari saja syaikh mengaku menyerah. Sebab, anak itu sudah menyerap ilmu yang dimilikinya. Ia lalu menyarankan agar anak tersebut mempelajari bidang kedokteran dan membaca buku buku pengobatan. Sejak saat itu, sang anak banyak melahap berbagai buku kedokteran hingga menjadi dokter terkenal.

Siapakah anak laki-laki hebat itu? Diala Ibnu Sina, seorang dokter, ilmuwan, yang pada masanya dikenal dengan sebutan as-Syaikh ar-Rais (syaikh tertinggi). Di usia 16 tahun, dengan izin Allah SWT, mampu menyembuhkan seorang Sultan Saman, Nuh bin Mansur dari penyakit langka. Ibnu Sina lalu ditunjuk menjadi dokter di istana. Sampai akhir hayatnya, ia menghasilkan sekitar 276 tulisan dan buku, serta risalah dalam berbagai bidang. Sebagian diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan inggris.

Ibnu Sina tak akan menjadi sehebat itu jika tak ada dukungan dari sang ayah. Komentar positif, do’a, keyakinan, dan upaya yang tak pernah lelah dalam mencarikan guru terbaik, menyediakan buku-buku, menjadi pendukung keberhasilannya. Tak hanya itu, sang ayah selalu menjadikan rumahnya sebagai tempat berdiskusi para ulama, diantaranya Al-Biruni.

Dari kisah hidup Ibnu Sina ini, kita dapat ambil pembelajaran tentang pentingya peran orangtua dalam mendukung kesuksesan anaknya. Seberapa jauh keterlibatan anda dalam mendukung anak di pendidikannya? apakah anda sering mengambilkan rapor ananda? apakah anda ikut rapat pertemuan orangtua di sekolah? apakah anda turut mendiskusikan pelajaran anak dan menemaninya dalam persiapan ujian?

Catatan Parenting 5

“Sebuah Pekerjaan Bernama Ayah”

oleh : Ida S. Widayanti

Post Terkait

12 Feb 2024

HOMESTAY LEVEL 6

0 Komentar

KELUAR
× Hubungi Kami