Kamis, 02 Mei 2024
  • Welcome to the SDIT Tunas Harapan Ilahi's webpage. We hope you enjoy exploring our website.

Ikhlash Dalam Mendidik

Sepasang suami istri membawa anak laki-lakinya ke sebuah klinik khitan. Karena dokternya belum datang, maka yang menerima pendaftaran khitan adalah seorang laki-laki tua. Ternyata laki-laki tua itu adalah ayahnya sang dokter. Katanya, dokter belum pulang. Dia mengambil spesialis bedah urologi. Klinik khitannya bersebelehan dengan rumah orangtuanya.

Di ruang tamu keluarga tersebut berderet foto-foto wisuda anaknya yang berjumlah sepuluh orang. Semua anaknya lulusan dari perguruan tinggi, dan sudah bekerja. Dua diantaranya adalah dokter spesialis. Sebagian besar anaknya sudah berkeluarga, tinggal dua anak yang belum menikah. Adapun pekerjaan orang tua sang dokter adalah penjual bakso di sebuah pasar tradisional.

Penasaran dengan kenyataan tersebut, suami istri itu bertanya-tanya kepada laki-laki tua tersebut, bagaimana perjalanan membesarkan kesepuluh anak-anaknya.

Menurutnya, sebagai penjual bakso tentu tak mudah mengurus banyak anak. Tujuh tahun pertama pernikahan, ia dikarunia lima anak. Suami-istri itu, sejak jam tiga pagi sudah harus ke pasar. “Saya dorong gerobak sebelum subuh dengan membawa anak-anak. Ada yang ditaruh di kardus dan ada yang di dalam baskom,” ujar laki-laki tua itu.

Mereka tak pernah mengeluh. Mereka punya keyakinan bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala telah memberi banyak anak adalah takdir hidupnya. Itu adalah kehendak-Nya, berarti Allah juga memberi kepercayaan kepadanya untuk membesarkan dan mendidiknya.

“Alhamdulillah, kesepuluh anak kami baik-baik. Banyak anak bukanlah beban dan masalah. Kuncinya, harus ridha dan ikhlas. Soal biaya yang besar untuk pendidikan, kami yakin karena Allah Maha Kaya. Berdoalah kepada Allah dan mintalah kepada-Nya. Kami hanya berikhtiar dengan cara bekerja. Semoga erka bukan saja sukses di dunia tapi juga sukses di akhirat.”

Menurut laki-laki itu, ia tak pernah mengungkit-ungkit jasanya, karena hal itu memang sudah kewajiban sebagai orangtua. “ Jika orangtua ridha, ikhlas dan bersungguh-sungguh, maka anak-anak pun akan ridha, ikhlas dan bersungguh-sungguh dalam mencapai kesuksesan dirinya.”

Yang menarik, meski semua anaknya sudah sukses, suami-istri tersebut tetap berjualan bakso. Menurutnya, mencari nafkah adalah kewajiban dan pantang untuk membebani siapapun. 

Kisah nyata tersebut mengingatkan kita akan problematika anak-anak dewasa ini, yang kualitas dan kuantitasnya semakin meningkat. Hal ini juga membuat kita teringat akan teori-teori pendidikan yang mengemuka, serta polemik diantara para ahli tentang rumusan yang paling tepat bagaimana mengantar anak-anak agar sukses di dunia dan di akhirat. Bercermin pada kisah diatas, ternyata rumusannya sederhana, ridha dan ikhlas dalam mendidik anak-anak, maka mereka pun akan ridha dan ikhlas dalam belajar.

Sikap ridha dan ikhlas adalah amalan yang tersulit. Ridha adalah kunci kebahagiaan. Ridha atas ketentuan Allah Subhanahu wa ta’ala bukan berarti diam, tetapi aktif berusaha dan bekerja. Sedangkan ikhlas, apapun yang kita kerjakan adalah semata-mata hanya untuk Allah Subhanahu wa ta’ala.

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan….”

QS. An-Nisa : 125

Sebuah Pekerjaan Bernama Ayah

Ida S. Widayanti

Post Terkait

0 Komentar

KELUAR
× Hubungi Kami